Aceh Utara, DOBRAK POST – Pascapenetapan Ayahwa dan Tarmizi Panyang sebagai Bupati dan Wakil Bupati Aceh Utara terpilih oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP), dinamika politik di daerah ini semakin sexy di Ikuti.
Isu tentang sejumlah pejabat yang mencoba “mendekat” kepada pasangan ini demi mendapatkan posisi strategis di pemerintahan baru kian santer terdengar.
Menurut informasi yang dihimpun, beberapa tokoh dan pejabat pemerintahan dilaporkan semakin sering berkunjung ke kediaman Ayahwa di Panton Labu.
Langkah ini dinilai sebagai upaya membangun hubungan kedekatan, guna mengamankan jabatan penting di struktur pemerintahan mendatang.
Namun, manuver ini tidak sepenuhnya berjalan mulus seperti yang mereka harapkan, bahkan ada pihak yang menilai bahwa tindakan tersebut tidak hanya sebatas menjilat.
Tetapi juga di isukan sebagai upaya menjatuhkan kolega sendiri yang saat ini masih menjabat pada posisi strategis yang mereka inginkan tersebut.
Target utama mereka adalah posisi-posisi “basah” yang mengelola anggaran besar, seperti jabatan di dinas-dinas vital.
Fenomena seperti ini sering kali dianggap lumrah dalam dunia pemerintahan, tetapi tetap saja menuai kritikan tajam dari berbagai pihak.
“Ini memang bukan hal baru, tetapi jelas mencerminkan lemahnya etika para pejabat dalam birokrasi pemerintahan. Harusnya prioritas mereka adalah bekerja untuk rakyat, bukan malah sibuk berebut kekuasaan,” kata seorang tokoh.
Kondisi ini juga memunculkan keresahan di kalangan masyarakat Aceh Utara. Banyak yang khawatir dengan ambisi segelintir elit dan para pejabat pemerintah yang malah dapat menghambat visi besar Meuligo Panglima program pembangunan unggulan yang diusung Ayahwa dan Tarmizi Panyang.
Salah seorang pejabat yang ramai diperbincangkan adalah Muliadi, yang kini menjabat sebagai Kepala Bidang Perencanaan dan Analisa Kebutuhan Aparatur BKPSDM Aceh Utara.
Muliadi saat dikonfirmasi membenarkan bahwa dirinya beberapa kali mengunjungi kediaman Ayahwa di Panton Labu. Namun, ia menepis anggapan bahwa kunjungannya bermaksud melobi jabatan.
“Kedatangan saya hanya untuk silaturrahmi, sebagai sesama warga Panton Labu, ini adalah hal yang wajar. Saya tinggal di Seunudon, sementara Ayahwa di Jambo Aye. Jadi, ini murni hubungan baik, tidak ada kaitannya dengan lobi-lobi jabatan,” jelas Muliadi, (17/01/25).
Dinamika ini menjadi tantangan besar bagi Ayahwa dan Tarmizi Panyang dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih, profesional, dan berpihak kepada rakyat.
Waktu akan membuktikan apakah pasangan ini mampu melewati tekanan politik dan menjaga amanah untuk membawa perubahan di Aceh Utara.