Aceh Utara, DOBRAK POST – Malam ini, angin di sekitar Kantor Bupati Aceh Utara seperti membawa harapan baru bagi masyarakat yang memenuhi aula.
Wajah-wajah penuh antusias menanti pemaparan satu-satunya pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Aceh Utara, Ayah Wa dan Panyang.
Dengan visi besar “Mewujudkan Aceh Utara Bangkit, Sejahtera, Bermartabat, dan Berkelanjutan,” pasangan ini hadir bukan hanya membawa janji.
Tetapi sebuah program pembangunan menyeluruh melalui konsep unggulan Meuligoe Panglima, Lima Pilar untuk Aceh Utara yang lebih maju.
Pilar pertama, Beudeoh Beusare, menyoroti kebangkitan ekonomi di sektor-sektor unggulan, seperti pertanian, perikanan, dan perkebunan.
Pasangan ini menegaskan komitmen mereka untuk memaksimalkan potensi alam Aceh Utara yang subur.
Mereka merencanakan hilirisasi bagi produk lokal, termasuk pengembangan tanaman padi, kelapa sawit, dan perikanan tangkap, yang kesemuanya terintegrasi dalam program Meutani-Meulaot sebagai langkah konkret untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
Di pilar kedua, Makmue Beurata, perhatian Ayah Wa dan Panyang tertuju pada pemerataan kesejahteraan sosial dengan memperkuat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Program Ta Bantu mereka rancang untuk mendukung masyarakat yang kurang mampu dan mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat kecil hingga ke pelosok, memastikan setiap lapisan masyarakat bisa merasakan dampak pembangunan.
Selanjutnya, Meurunoe Beusihat Meuseuniya, pilar ketiga yang bertumpu pada pengembangan sumber daya manusia, mencakup sektor pendidikan, kesehatan, kebudayaan, dan kepemudaan.
Mereka ingin menciptakan program Meurunoe-Meu Ubat, yang melibatkan peningkatan kualitas pendidikan melalui sekolah dan pesantren unggulan serta memperluas akses pelayanan kesehatan.
Pasangan ini juga mengusulkan program pemeriksaan kesehatan keliling atau Dokling untuk mencegah penyakit umum, seperti darah tinggi, diabetes, dan tuberkulosis, guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Untuk pilar keempat, Ta Peugoet Ta Pubuet, Ayah Wa dan Panyang berkomitmen membangun dan memperluas infrastruktur dasar, mulai dari jalan, jembatan, hingga jaringan irigasi dan telekomunikasi, agar pembangunan benar-benar menyentuh semua sudut Aceh Utara.
Mereka berjanji menciptakan pemerintahan yang transparan dan akuntabel, serta memastikan pelayanan publik yang optimal demi kesejahteraan rakyat.
Pilar kelima, Meu Agama, menjadi jantung spiritual dalam visi pasangan ini. Dengan tekad memperkuat penerapan syariat Islam berlandaskan prinsip Ahlussunah Waljamaah.
Mereka percaya akan membangun masyarakat Aceh Utara yang lebih berlandaskan agama dan memiliki solidaritas sosial yang kokoh.
Melalui pilar ini, mereka ingin menciptakan harmoni yang menguatkan ukhuwah Islamiyah, wathaniyah, dan basyariyah di antara masyarakat.
Ayah Wa dan Panyang juga memperkenalkan delapan program unggulan tambahan untuk menciptakan perubahan cepat dan signifikan, termasuk peningkatan usia harapan hidup, pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, ketahanan pangan dengan produktivitas lahan yang tinggi, dan jaring pengaman sosial adaptif.
Mereka juga menyoroti peningkatan kesejahteraan bagi guru, tenaga kesehatan, dan pegawai honorer sebagai bagian dari komitmen pada SDM.
Di akhir debat, keduanya kembali menegaskan bahwa setiap visi, misi, dan janji yang disampaikan adalah amanah yang mereka akan pertanggungjawabkan, tidak hanya di hadapan masyarakat, tetapi juga di hadapan Allah SWT.
Dengan dukungan dari lima belas partai politik dan sorotan masyarakat yang tinggi, Ayah Wa dan Panyang bertekad membawa Aceh Utara bangkit menuju kesejahteraan yang berkelanjutan, menawarkan perubahan nyata yang diharapkan bisa diwujudkan bersama.
Hidayatul Akbar, S.H. Ketua Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh Utara, menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya debat ini.
Ia menekankan bahwa momen ini bukan hanya sekadar formalitas, namun bagian krusial dalam memperkokoh pilar demokrasi di tingkat daerah.
Debat menjadi ajang yang mempertemukan visi, misi, dan gagasan para calon pemimpin dalam menghadapi berbagai isu yang dihadapi masyarakat.
Menurut Hidayatul Akbar, debat ini adalah kesempatan berharga bagi setiap calon untuk memperluas gagasan serta solusi atas permasalahan daerah.
Di depan 427.848 pemilih yang tersebar di 1.180 tempat pemungutan suara (TPS) di seluruh Aceh Utara, para calon diharapkan mampu mengekspresikan rencana-rencana mereka dengan jelas dan konkret, bukan sekadar keterampilan merangkai kata.
Mereka harus bisa menyusun program-program yang benar-benar pro rakyat agar dapat meyakinkan masyarakat.
Hidayatul juga menekankan bahwa masyarakat Aceh Utara membutuhkan lebih dari sekadar slogan atau gambar kandidat di spanduk dan baliho.
Menurutnya, debat adalah wadah di mana para calon diuji kemampuannya dalam merespons isu-isu krusial dan strategis yang relevan dengan kehidupan sehari-hari warga.
Masyarakat butuh kepastian bahwa calon yang mereka pilih benar-benar memiliki pemahaman mendalam tentang permasalahan lokal dan mampu memberikan solusi yang sesuai.
Pesan pamungkas dari Ketua KIP Aceh Utara ini begitu mendalam. Hidayatul mengingatkan bahwa janji visi, misi, serta gagasan yang disampaikan malam ini tidak hanya diucapkan di hadapan masyarakat Aceh Utara.
Tetapi, juga di hadapan Allah S.W.T. Di Yaumul Hisab kelak, setiap janji akan dipertanggungjawabkan.
Peringatan ini menjadi cerminan bahwa jabatan publik, khususnya sebagai pemimpin daerah, bukan sekadar tugas, tetapi juga amanah besar yang mengandung pertanggungjawaban spiritual di hari akhir.
Dengan debat ini, Ketua KIP berharap para kandidat dan masyarakat dapat menyadari bahwa demokrasi adalah wadah untuk menghadirkan perubahan, bukan sekadar proses pemilihan.