Jakarta, DOBRAKPOST – Dalam pidatonya pada peringatan Hari Lahir Pancasila, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto kembali mengingatkan publik tentang potensi ancaman asing yang mengintai bangsa ini, bukan dengan senjata, melainkan dengan strategi halus lewat sokongan dana kepada lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) di dalam negeri.
“Dengan uang, mereka membiayai LSM untuk mengadu domba kita,” tegas Prabowo, di hadapan para menteri dan pejabat negara yang menghadiri upacara kenegaraan di Gedung Pancasila, Kompleks Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, Senin pagi kemarin.
Pernyataan itu bukan hanya refleksi dari narasi historis, tapi juga peringatan nyata tentang dinamika geopolitik global yang kian memengaruhi ruang dalam negeri Indonesia.
Menurut Prabowo, kekuatan asing ini tampil dengan wajah ramah, mengusung slogan demokrasi, hak asasi manusia, dan kebebasan pers, namun, semua itu disampaikan dalam “versi mereka sendiri”.
“Mereka katanya adalah penegak demokrasi, HAM, kebebasan pers. Tapi itu hanya menurut standar mereka sendiri,” lanjut Presiden.
Prabowo mengingatkan bahwa praktik adu domba oleh bangsa asing bukanlah fenomena baru. “Mereka sudah datang ke wilayah kita ini sejak ratusan tahun lalu dan terus mencoba memecah belah kita hingga kini,” ungkapnya.
Namun demikian, Prabowo menegaskan bahwa pidatonya bukan ajakan untuk memusuhi bangsa lain. Ia mengajak rakyat Indonesia untuk tetap membuka diri, namun dengan sikap waspada dan berdiri teguh di atas prinsip kemandirian nasional.
“Kita tidak boleh curiga kepada semua bangsa asing. Tapi kita juga tidak boleh dipermainkan oleh siapa pun. Ingat pesan para proklamator, bangsa Indonesia harus berdiri di atas kaki sendiri,” seru Prabowo, disambut tepuk tangan hadirin.
Dalam konteks global yang penuh ketidakpastian, menurut Prabowo, Indonesia harus menunjukkan kekuatan kolektifnya. Perbedaan, baik dalam politik, agama, maupun budaya, seharusnya menjadi kekayaan, bukan alasan untuk saling menjatuhkan.
“Perbedaan jangan menjadi sumber gontok-gontokan. Ini justru yang diharapkan kekuatan asing: agar Indonesia lemah, agar kita mudah dikendalikan,” pungkasnya. **